Blogger Widgets
Google Translation

Rabu, 27 Juni 2012


Sumenep, NU Online
Maraknya korupsi yang dilakukan pejabat publik mencerminkan sikap orang yang tidak berpendidikan. Padahal, semua pejabat publik setidak-tidaknya mengenyam pendidikan dan dinyatakan lulus bangku SLTA.

Demikian disampaikan Wakil Rais Aam PBNU sekaligus Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, KH. A. Mustofa Bisri saat memberikan ceramah pada malam puncak Haflatul Imtihan Madrasah Sumber Payung, Bataal Barat, Ganding, Sumenep, Selasa (26/6) malam.

Menurut Gus Mus, Untuk memutus mata rantai korupsi salah satu pencegahannya melalui institusi pendidikan. Pendidikan yang dapat mencegah korupsi, yaitu pendidikan yang tidak hanya menghasilkan orang pandai, tapi bisa membentuk perilaku yang baik.
“Tidak sedikit dari mereka yang bergelar doktor bahkan profesor. Pandai tapi tak berakhlak mendingan goblok,” ujarnya.

Pendidikan di Indonesia saat ini hanya mencetak orang-orang yang pandai dan mengabaikan kelakuan baik, sehingga semakin pandai pula melakukan praktik korupsi. Ia mencontohkan, raport hasil belajar. Yang menonjol sampai sangat rinci nilai pelajaran, sedangkan kelakukan baik hanya ditandai dengan baik dan buruk. “Kelakukan baik di Indonesia tidak penting,” katanya.

Karena pendidikan menjadi benteng korupsi, ia menegaskan pentinya mengevaluasi sistem pendidikan yang selama ini telah berjalan. “Sistem pendidikan perlu dibenahi,” tegasnya.

Saat ini institusi pendidikan yang menerapkan pendidikan yang bisa mengubah prilaku pendidikan pesantren. Diluar pendidikan pesantren hanya mengajarkan siswa, yaitu memberikan informasi kepada siswa. “Tapi belum tentu amaliahnya baik,” terangnya.

Menurutnya, pesantren telah mengampanyekan dan mendidik santri dari tindak korupsi dengan hidup sederhana dan zuhud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar